review1st.com – Mikrofon shotgun ikonik Sennheiser, MKH 416 P48, resmi menapaki usia 50 tahun. Selama setengah abad, MKH 416 telah menjadi mikrofon andalan di industri penyiaran, film, dubbing, hingga content creation karena kemampuannya menangkap suara dengan presisi tinggi dalam berbagai kondisi.
Sejarah dan Inovasi Sennheiser MKH 416
Diluncurkan pertama kali pada 1975, MKH 416 adalah mikrofon shotgun pertama dari Sennheiser yang menggunakan phantom power (P48), menggantikan teknologi AB power yang lebih umum saat itu.
Mikrofon ini dirancang oleh engineer Manfred Hibbing dan menjadi pembaruan dari model sebelumnya, MKH 415.
Mikrofon ini mengusung teknologi RF condenser, yang membuatnya sangat tahan terhadap kelembapan dan cocok digunakan di berbagai lokasi ekstrem, dari gurun panas hingga hutan hujan tropis.
Hal ini menjadikan MKH 416 sebagai pilihan utama profesional audio di dalam dan luar ruangan.
Kualitas Suara dan Desain Optimal
Salah satu keunggulan utama MKH 416 adalah acoustic interference tube yang dirancang untuk menghasilkan directivity tinggi, sehingga mampu meminimalkan noise dari samping dan belakang.
Ini sangat penting untuk menangkap dialog atau suara utama dengan lebih jernih, terutama pada frekuensi tinggi yang penting untuk artikulasi bicara.
Ukuran MKH 416 yang ringkas namun tetap memberikan arah suara yang fokus menjadikannya mikrofon shotgun paling ideal di kelasnya.
Desain ini lahir dari feedback langsung pengguna dan eksperimen langsung oleh tim engineer Sennheiser pada 1970-an.
Mikrofon Serbaguna yang Bertahan Selama 5 Dekade
MKH 416 dikenal sebagai mikrofon yang awet dan hanya mengalami dua revisi dalam 50 tahun: pembaruan ke SMD mounting dan peningkatan teknologi transduser.
Mikrofon ini juga telah digunakan di banyak produksi film besar, siaran televisi global, hingga studio-studio rekaman profesional.
Menurut Kai Lange, Product Manager Sennheiser:
“MKH 416 adalah simbol performa tinggi dan keandalan. Ini adalah mikrofon yang sudah sempurna sejak awal dan tetap menjadi bintang di portofolio kami.”