review1st.com – Menurut studi terbaru dari Lenovo’s CIO Playbook 2025 – It’s Time for AI-nomics, ASEAN+1 kini memimpin dalam adopsi infrastruktur AI hybrid dengan 68%, mengungguli organisasi global dan Asia Pasifik.
Studi ini mengungkapkan bahwa bisnis di Asia Pasifik (AP) meningkatkan pengeluaran untuk AI sebesar 3,3 kali lipat, sementara ASEAN+ meningkat 2,7 kali lipat.

Temuan ini berasal dari survei terhadap lebih dari 2.900 responden global, termasuk 900 pengambil keputusan TI dan bisnis di 12 pasar Asia Pasifik.
Tantangan Awal dalam Adopsi AI: ROI Jadi Hambatan Utama
Meskipun pengeluaran untuk AI terus meningkat, adopsi AI di kawasan ASEAN+ masih berada pada tahap awal.
Sekitar 47% organisasi di wilayah ini sedang mengevaluasi atau merencanakan implementasi AI dalam 12 bulan mendatang, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Asia Pasifik (56%) dan global (49%).
Tantangan utama yang dihadapi adalah Return on Investment (ROI), yang menjadi kendala dalam penerapan teknologi AI.
Singapura menjadi negara yang lebih maju dalam infrastruktur dan kematangan AI, sementara negara-negara ASEAN+ lainnya masih menghadapi hambatan terkait keterbatasan sumber daya dan keahlian.
Meskipun demikian, adopsi AI di ASEAN+ berfokus pada optimisasi rantai pasokan, peningkatan kepatuhan regulasi, dan peningkatan produktivitas karyawan.
Meningkatkan ROI dan Tata Kelola AI
Menurut laporan, hampir 24% CIO di ASEAN+ telah mengimplementasikan kebijakan AI Governance, Risk, and Compliance (GRC) sepenuhnya.
Fokus utama kini adalah memastikan AI yang aman dan bertanggung jawab. Prioritas ini semakin penting di Asia Pasifik, dengan Governance, Risk, dan Compliance naik 12 peringkat, menjadi fokus utama bagi banyak perusahaan.
Sumir Bhatia, President Infrastructure Solutions Group, Lenovo Asia Pacific, menegaskan, “Pada 2025, Governance, Risk, dan Compliance akan menjadi prioritas utama, menunjukkan pentingnya AI yang aman dan bertanggung jawab di kawasan ini.”
GenAI Mendorong Transformasi Alur Kerja
AI Generatif (GenAI) diperkirakan akan mengubah alur kerja perusahaan di ASEAN+. Sebanyak 42% pengeluaran untuk AI pada 2025 akan dialokasikan untuk teknologi ini, dengan fokus utama pada layanan pelanggan di ASEAN+ dan operasi TI di Asia Pasifik.
Infrastruktur Hybrid dan On-Premise Mendominasi
Laporan ini juga mengungkapkan bahwa 65% organisasi di Asia Pasifik memilih solusi infrastruktur hybrid atau on-prem untuk mendukung AI, mencerminkan kebutuhan akan lingkungan yang aman dan fleksibel. ASEAN+ mencatatkan angka yang lebih tinggi, yakni 68%, yang menunjukkan tren yang sama.
Budi Janto, General Manager Lenovo Indonesia, menjelaskan, “Arsitektur hybrid menawarkan kombinasi terbaik dari skalabilitas dan kontrol, memungkinkan keamanan dan inovasi yang lebih baik.”
AI PC Meningkatkan Produktivitas
Adopsi PC berbasis AI juga menunjukkan peningkatan produktivitas yang signifikan. Di ASEAN+, 65% organisasi sudah merencanakan untuk mengadopsi PC AI, yang diyakini akan mempercepat transformasi digital di tempat kerja.
Kebutuhan Akan Kemitraan AI Profesional
Seiring semakin banyaknya organisasi yang berfokus pada AI, 44% CIO di ASEAN+ mengandalkan layanan AI profesional untuk mengatasi tantangan dalam manajemen data dan keterbatasan talenta. Kemitraan ini sangat penting untuk meningkatkan keterampilan tim dan membangun ketahanan jangka panjang.
Fan Ho, Executive Director Lenovo Asia Pacific, menutup dengan mengatakan, “Adopsi AI bukan hanya tentang keuntungan jangka pendek. Solusi seperti Lenovo AI Fast Start membantu organisasi mengoptimalkan dan meningkatkan skala inisiatif AI mereka dengan bimbingan ahli.”
Studi ini menyoroti bagaimana adopsi AI yang lebih luas di kawasan ASEAN+ tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga mendorong inovasi dan menciptakan peluang baru untuk bisnis di kawasan ini.