review1st.com – Setelah menjadi brand independen di awal 2021, POCO semakin leluasa bergerak di pasar smartphone. Di Indonesia khususnya, POCO melakukan gebrakan yang diklaim anti mainstream, yakni menghadirkan POCO Store offline pertama di dunia.
“Awal 2021 menjadi tonggak sejarah penting bagi POCO Indonesia, karena kami telah resmi menjadi brand independen. Sebagai brand kami telah memisahkan diri dari Xiaomi,” ungkap Andi Renreng, Head of Marketing POCO Indonesia kepada review1st.com dalam wawancara eksklusif di POCO Store (29/12).
Ia menambahkan, dengan menjadi brand independen, POCO semakin leluasa untuk menentukan strategi, mengambil keputusan, hingga mengembangkan produk sesuai dengan kebutuhan POCO fans.
POCO Store, Gebrakan Berbeda POCO di Indonesia
Gebrakan POCO di Indonesia termasuk berani. Pasalnya strategi global brand ini lebih fokus di pasar online. Namun, untuk pasar Tanah Air, POCO menghadirkan sesuatu yang baru lewat toko offline yang dikemas unik dan berbeda.
Andi memahami bahwa kultur pasar Indonesia berbeda dengan negara lain dimana penjualan offline masih krusial. Namun, ada hal menarik karena authorized POCO store mengusung konsep berbeda dari toko smartphone biasa.
POCO menggandeng CROOZ Box Park sebagai lokasi. “Strategi ini menyesuaikan dengan value POCO sebagai brand yang ada di dunia anak muda. Kami mengincar subkultur yang sangat niche dan anti-mainstream,” jelas Andi.
“Kami percaya Authorized POCO store yang berlokasi di Crooz dapat menjadi tempat hangout para POCO fans sehingga komunitas ini dapat bertumbuh menjadi semakin solid,” ujarnya.
Target pasar POCO begitu spesifik dan hanya bisa diraih oleh POCO. Brand ini memiliki target audiens yang unik, yaitu Gen Z dan Milenial yang memiliki passion tinggi dan memiliki karakter beda, berani, dan menginspirasi bagi orang-orang disekitarnya.
Andi menambahkan, target audiens ini merupakan kumpulan anak muda yang memiliki mental pendobrak norma-norma dalam arti positif, selalu ingin maju melalui inovasi-inovasi baru, dan ingin tampil menonjol.
“Contohnya: komunitas subculture, seperti gamers, rappers, break dancer, skateboarders atau yang lainnya. Di seluruh Indonesia, komunitas ini memiliki pasar yang cukup besar dan memiliki banyak tempat berkumpul di setiap kotanya.
“Jadi ini, inilah pasar yang menjanjikan bagi POCO dan akan terus berkembang di masa depan,” tegas Andi.
Dalam menghadirkan POCO Store, Andi mengaku pihaknya tak sembarangan. Ia mencontohkan kerjasama dengan Crooz yang merupakan brand lokal legendaris. “Kami mengamati value apa yang bisa disatukan. Yaitu, anti mainstream, anak muda dengan segmen unik.”
Dengan nuansa hitam dan kuning sesuai dengan identitas POCO yang berjiwa muda, berani, dan beda, Authorized POCO store ini pas sebagai tempat nongkrong anak muda.
POCO fans tidak hanya dapat merasakan pengalaman hands-on smartphone POCO atau berbelanja langsung di tempat, tapi mereka juga dapat menggunakan Authorized POCO Store sebagai tempat untuk meet-up offline dengan fans lainnya.
Terdapat pula area skating ground yang bisa dimanfaatkan POCO Fans untuk bermain skateboard atau nongkrong dengan teman komunitas.
Toko offline perdana dari POCO ini menawarkan fasilitas toko yang lengkap, termasuk sales, services, dan accessories.
Pembeli dapat dengan mudah mendapatkan produk-produk POCO pilihannya, karena tersedia banyak pilihan pembayaran sesuai keinginan, termasuk pembayaran secara tunai, debit, cicilan kartu kredit maupun tanpa kartu kredit, serta tersedia penawaran tukar tambah (trade-in).
Tak puas dengan satu store, lebih jauh Andi menargetkan bahwa POCO bakal menghadirkan 10 authorized POCO Store di 2022. Sebuah strategi untuk menghadirkan visibility dan experience langsung kepada anak muda yang jadi target audience.
“Fokus POCO di 2022 adalah membangun awareness dan value. Kami menargetkan kehadiran 10 POCO Store baru di seluruh Indonesia dengan tema berbeda dan unik,” pungkasnya.