review1st.com – Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan dalam transisi energi, ditandai dengan meningkatnya adopsi energi terbarukan, aliran investasi hijau, serta integrasi teknologi digital dan otomatisasi dalam sektor energi.
Hal ini terungkap dalam laporan Asia Pacific Energy Transition Readiness Index 2025 yang dirilis oleh ABB, perusahaan global di bidang teknologi dan elektrifikasi.
Adopsi Energi Terbarukan di Indonesia Melampaui Rata-Rata Regional
Menurut riset ABB, 40% perusahaan di Indonesia telah memenuhi lebih dari 50% kebutuhan energi mereka dari sumber energi terbarukan, jauh di atas rata-rata regional yang hanya 25%.
Ke depan, 87% pelaku industri di Indonesia optimistis penggunaan energi terbarukan akan tumbuh lebih dari 20% dalam lima tahun mendatang.
Pertumbuhan ini didorong oleh reformasi regulasi seperti Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan (RUU EBT 2025), yang memberikan landasan hukum untuk pengembangan kapasitas energi hijau di Indonesia.
Investasi Besar-Besaran dalam Proyek Transisi Energi
Riset ABB juga menunjukkan bahwa 86% perusahaan di Indonesia kini mengalokasikan lebih dari 10% belanja modal (CAPEX) mereka untuk proyek transisi energi—lebih tinggi dibandingkan rata-rata Asia Pasifik sebesar 73%.
Ini mencerminkan kepercayaan yang tumbuh bahwa investasi energi terbarukan tidak hanya menjanjikan secara ekonomi, tetapi juga memberikan dampak nyata dalam mendukung target net-zero.
Teknologi Digital dan AI sebagai Akselerator Transisi Energi
Teknologi menjadi pendorong utama. 70% responden menilai teknologi sebagai elemen paling potensial dalam mempercepat transisi energi, terutama melalui penerapan kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi.
Sekitar 47% perusahaan di Indonesia telah menjadikan digitalisasi sebagai prioritas investasi utama mereka, untuk memodernisasi sistem jaringan dan infrastruktur energi.
“Kebijakan iklim yang progresif, investasi strategis, dan kepercayaan terhadap teknologi seperti AI serta otomatisasi menjadi kunci kemajuan transisi energi Indonesia,” ujar Abhinav Harikumar, Vice President Energy Industries ABB untuk Asia Tenggara.
Talenta Hijau dan Kolaborasi Jadi Kunci Masa Depan
Transisi energi juga menuntut transformasi SDM. 30% perusahaan mengidentifikasi kebutuhan mendesak akan tenaga kerja hijau.
Mereka menggandeng kelompok industri (54%), organisasi pembangunan internasional (43%), lembaga pemerintah (33%), dan universitas (30%) dalam pengembangan keterampilan berkelanjutan.
Potensi Besar Kolaborasi Publik–Swasta
Masih banyak ruang untuk memperkuat kemitraan lintas sektor. Hanya 25% perusahaan yang melihat kemitraan publik–swasta sebagai potensi utama yang belum tergarap maksimal.
Peningkatan investasi sektor swasta (61%), kolaborasi antar pemerintah daerah (56%), dan pemberian insentif energi hijau (55%) disebut sebagai langkah strategis untuk mempercepat transformasi energi nasional.