review1st.com – UMKM merupakan penggerak ekonomi dengan persentase kontribusi terbesar di Indonesia. Itu sebabnya daya sektor UMKM dalam mendorong perekonomian nasional dijadikan salah satu prioritas pemerintah dalam mencapai target inklusi keuangan Indonesia menjadi 90% di tahun 2024, yang diwujudkan lewat berbagai program digitalisasi.
Dengan bergabung ke dalam ekosistem digital, pelaku industri UMKM kini mendapatkan keleluasaan transaksi jual beli yang lebih, baik dalam aspek kuantitas maupun jangkauan yang tidak terbatas secara fisik.
Namun di satu sisi, kebebasan transaksi dalam ekosistem digital masih sering kali menimbulkan potensi kerugian yang mengancam berbagai pihak di dalamnya.
Identity fraud dan pengambilalihan akun kerap terjadi dan menimbulkan keraguan di benak para pelaku usaha khususnya UMKM untuk bergabung dalam ekosistem digital melalui program digitalisasi.
Berkaitan dengan hal ini, di Indonesia, sekitar 71% dari pekerja sektor informal menganggap bahwa risiko keamanan dan penipuan dirasa menjadi penghalang mereka untuk menggunakan teknologi digital seperti fintech.
Tubagus Fiki Chikara Satari, Staf Khusus Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif, KemenkopUKM mengatakan “Berdasarkan survei yang telah dilakukan KemenkopUKM, didapati bahwa success rate UMKM onboarding di e-commerce sangatlah rendah, yakni hanya 4% dari 1000.
“Berarti hanya 400 yang berhasil masuk dan kemudian, hanya 40 yang berhasil melakukan transaksi perdana”. Angka ini sangatlah kecil dibandingkan dengan potensi digitalisasi bagi pengembangan usaha UMKM.
“Laporan e-Conomy Southeast Asia (SEA) dari kolaborasi Google, Temasek and Bain & Company mencatat ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai gross merchandise value (GMV) senilai US$ 77 miliar pada 2022, dan pada 2025 akan mencapai US$ 130 miliar, yang utamanya didorong oleh transaksi pada e-commerce dan layanan pengantaran makanan online.
Pada proses digitalisasi UMKM, identitas digital menjadi kunci UMKM dalam mengakses berbagai layanan platform digital.
Beberapa kendala yang ada dalam penerapan identitas digital pada dasarnya dapat diselesaikan dengan menilik aspek-aspek mendasar seperti keamanan dan kenyamanan.
Maka dari itu, keberadaan layanan penyedia identitas digital yang aman dan nyaman menjadi elemen yang perlu ada dalam mendorong kesuksesan integrasi digital UMKM, terutama di tengah target Pemerintah untuk mencapai 30 juta UMKM go-digital pada 2024.
Sati Rasuanto, Co-Founder dan CEO VIDA menyatakan “Terkadang terdapat saat dimana kita perlu memilih antara keamanan dan kenyaman.
“Dengan teknologi yang canggih, VIDA berfokus pada bagaimana caranya supaya tidak hanya aman, namun juga nyaman dan dapat digunakan secara inklusif berbagai kalangan.
“Melalui teknologi liveness detection dalam sistem analisa biometrik, VIDA memprioritas identitas digital yang dapat mengotentikasi, mengamankan data dan menjadi alat anti nirsangkal dalam verifikasi identitas”
Dalam pelaksanaannya, pelindungan data konsumen juga memerlukan keterlibatan regulator. Di Indonesia sendiri, pihak-pihak regulator bagi penyelenggara identitas digital adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Otoritas Jasa Keuangan.
“Kita tahu, bisnis kalau tanpa trust tidak akan bagus. Kalau kita bicara peranan penyelenggara yang bergerak di bidang digital identity, itu meliputi bagaimana memperkuat proses customer due diligence-nya.”, ujar Ridiani Kurnia, Direktur Grup Inovasi Keuangan Digital, Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sebagai salah satu pemain terdepan dalam industri identitas digital di Indonesia, VIDA turut mempertimbangkan aspek tersebut.
VIDA merupakan Penyelenggara Sertifikat Elektronik berinduk Kominfo dan juga tercatat sebagai penyelenggara Inovasi Keuangan Digital (IKD) pada OJK, di dua klaster, yakni e-KYC (Know Your Consumer) dan RegTech (Regulatory Technology).
Tidak hanya terbatas pada Kominfo dan OJK, VIDA juga menjadi PSrE non-instansi pertama yang telah tersertifikasi dari WebTrust, yang merupakan auditor keamanan tertinggi di industri pada level global.
Dengan menerapkan beyond compliance, prinsip seperti inilah yang merupakan penerapan riil dari aspek inovasi penyelenggara identitas digital.
Penerapan layanan identitas digital dengan karakteristik yang aman dan nyaman serta didukung pengadaannya oleh audit eksternal sejatinya sudah terbukti secara aktual, misalnya yang terjadi di kalangan pengusaha toko online.
“Pengadaan digital identity kami dilakukan dengan kerja sama bersama VIDA.
“Kami sadar di dalam aplikasi Lummo itu terjadi jutaan transaksi setiap hari.
“Kenyamanan mereka dalam memverifikasi itu sangat penting.
“Sekarang, untuk UMKM yang bergabung di Lummo, mereka cuma perlu selfie aja, semuanya terdeteksi. Kemudahan verifikasi ini sangat diharapkan oleh pembeli.”, ujar Fuad Aziz, Operations Lead, Lummo.
Adanya kesadaran akan aspek penting dalam pengembangan layanan digital khususnya identitas digital yang aman dan nyaman digunakan oleh berbagai kalangan menunjukan tren positif yang dapat mendorong target digitalisasi UMKM.
“Melalui adaptasi penggunaan identitas digital, UMKM mendapatkan peluang yang lebih besar dari sebelumnya. VIDA mendukung inklusi ekonomi digital di Indonesia melalui integrasi UMKM dalam ekosistem digital dan optimis pada akhir tahun depan, angka UMKM yang sudah go digital mencapai 30 juta UMKM”, pungkas Sati.