review1st.com – Di Indonesia, keberadaan kendaraan listrik (electric vehicles/EV) telah menjadi kenyataan sehari-hari dengan peningkatan stasiun pengisian baterai yang terlihat di berbagai lokasi.

Menurut World Economic Forum, Indonesia berkomitmen untuk memproduksi 13 juta sepeda motor listrik dan 2,2 juta mobil listrik hingga 2030, memanfaatkan cadangan nikel yang melimpah untuk memainkan peran kunci dalam rantai pasokan global produksi baterai.

Beberapa produsen mobil telah melewati fase transisi ini. Chief Financial Officer BMW, Walter Mertl, mengungkapkan bahwa penjualan mobil listrik kini telah melampaui mobil dengan mesin pembakaran internal. Namun, perubahan ini terjadi secara berbeda-beda di setiap produsen mobil dan wilayah.

Digitalisasi dan komputerisasi dalam kendaraan, dengan lebih dari 100 juta baris kode dan 1.000 chip semikonduktor, merupakan perubahan signifikan yang akan terus berkembang. Mobil otonom kini memiliki lebih dari 300 juta baris kode, dan satu kendaraan listrik membutuhkan sekitar 3.000 chip.

Perubahan baru-baru ini mencakup integrasi teknologi canggih seperti asisten suara IDA oleh Volkswagen dan kerjasama BMW dengan Amazon untuk memperkenalkan large language models (LLMs) pada Intelligent Personal Assistant. Ini menandai awal dari apa yang bisa menjadi interaksi revolusioner antara pengemudi, mobil, dan lingkungan sekitarnya.

Asisten AI memungkinkan pengemudi untuk merencanakan perjalanan, mengatur pengingat, mencari tempat parkir, membagikan status perjalanan secara real-time, dan memberikan rekomendasi. Mereka bahkan dapat memesan makanan atau minuman yang siap diambil di drive-thru berikutnya.

BACA JUGA
Samsung BRI Credit Card: Kenyamanan dan Keuntungan Eksklusif untuk Transaksi Anda

Dalam sektor manufaktur otomotif, AI generatif seperti deep learning memainkan peran penting dalam memenuhi persyaratan kualitas, kepatuhan, dan meningkatkan pengalaman kerja di pabrik. Ini termasuk dalam inspeksi visual yang sebelumnya sulit diatasi oleh sistem tradisional.

Meskipun sebagian besar industri otomotif di Inggris dan Jerman telah mengadopsi AI dalam proyek machine vision mereka, masih ada potensi besar untuk peningkatan lebih lanjut.

Deep learning machine vision menggunakan “AI eyes” untuk memastikan akurasi dan kualitas yang lebih tinggi dalam berbagai proses produksi otomotif, termasuk dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.

Ini tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga mendukung otomatisasi proses yang rumit dan berulang, memungkinkan tim insinyur untuk fokus pada inovasi dan peningkatan strategis.

Dalam lima tahun mendatang, sebagian besar pemimpin bisnis di industri otomotif berencana untuk mengotomatisasi lebih dari setengah proses inspeksi visual mereka menggunakan teknologi machine vision yang modern. Hal ini menandai langkah maju signifikan menuju manufaktur otomotif yang lebih cerdas dan efisien.

AI, baik itu dalam bentuk deep learning maupun AI generatif, adalah pendorong nilai tambah bagi konsumen dan para profesional di industri otomotif.

Mereka tidak hanya meningkatkan performa kendaraan, tetapi juga membawa revolusi dalam cara manusia dan teknologi bekerja bersama untuk menciptakan masa depan otomotif yang lebih cerah dan berkelanjutan.

BACA JUGA
Indosat HiFi: Internet Rumah Hingga 1 Gbps di Kota Sekunder
Shares: