Berita

Dark Web Bangkit di Asia Pasifik, Bagaimana Antisipasinya

Alasan Hacker Bobol Data Polri, Kesal Lalu Bocorkan Info Pribadi

#kamisukareview – Dark Web merupakan sisi gelap Internet yang semakin hari semakin tumbuh, sejak tahun 2014 lalu kumpulan situs underground itu makin bertambah dan memungkinkan orang untuk bisa terlibat dalam kegiatan ilegal yang sering diluar jangkaun dari penegak hukum.

Berdasarkan data yang dilansir oleh We Are Social dan Hootsuite, bahwa per 2018 lalu di kawasan Asia pasifik sedikitnya ada sekitar 2,007 juta pengguna Internet yang unik dan angka ini menempati hampir setengah dari populasi di kawasan tersebut. Sementara untuk saat ini, kawasan Asia Pasifik telah menjadi salah satu sentra perekonomian digital terbesar di dunia, semakin banyak pula pertukaran data pribadi yang terjadi.

Pengadopsian teknologi yang semakin cepat di Asia Pasifik mengarah kepada semakin banyaknya jumlah perangkat yang aktif. Selain itu, banyaknya jumlah perangkat dan endpoint berarti semakin banyak adanya peluang untuk terjadi penyusupan dan peretasan oleh penjahat siber, terutama jika pengguna dan perusahaan gagal melakukan antisipasi.

BACA JUGA
Kolaborasi OPPO dan Sony Pictures: OPPO Reno12 F Series Bersatu dengan Kekuatan "Venom" dalam Film Venom: The Last Dance

“Kini, hampir tidak mungkin bagi bisnis modern untuk beroperasional tanpa pemanfaatan data, yang juga disadari oleh penjahat siber. Asia Pasifik menjadi target empuk untuk kejahatan siber, terutama di ranah dark web,” kata Budi Janto, Country General Manager, Lenovo Indonesia. “Walaupun komunitas dark web di Asia, termasuk di Indonesia, masih lebih kecil dibanding negara Barat, tapi tetap saja ini ancaman yang tidak bisa dihindari.”

Bisnis data pribadi yang tumbuh ‘subur’

“Dark web” mengacu pada bagian internet yang tidak terindeks oleh mesin pencari. Akses ke dark web membutuhkan perangkat lunak khusus, yang memungkinkan pengguna mengungkapkan indentitas dan aktivitasnya dibalik enkripsi yang berlapis-lapis. Karena dark web itu anonim, diperkirakan lebih dari 50% situs di dark web digunakan untuk kegiatan kriminal. Meskipun banyak yang mengasosiasikan dark web dengan narkoba atau artefak curian, banyak juga terjadi penjualan data digital, seperti username akun, alamat email, dan kata sandi. Data-data ini biasanya dijual oleh penjahat siber, yang mendapatkan akses ke informasi sensitif, seperti data keuangan dan kesehatan. Penjualan data pribadi ini menjadi bisnis yang tumbuh subur, dengan harga per identitas bisa mencapai ratusan dolar.

Mengapa bisnis harus peduli

Bisnis harus menaruh perhatian untuk memerangi ancaman pencurian data yang riil dan semakin meningkat ini. Bagaimana pun juga, lebih dari setengah serangan siber di Asia Tenggara telah mengakibatkan kerugian lebih dari 1 juta dolar AS.

BACA JUGA
Kolaborasi RRQ x Aksela: Belajar Bahasa Jepang Gratis dan Peluang Karier di Jepang untuk Generasi Muda!

Selain itu, perusahaan juga menghadapi kemungkinan terjadinya krisis reputasi, misalnya perginya pelanggan karena tidak lagi percaya atau yakin. Menurut Ponemon Instite, perusahaan yang kehilangan 1% pelanggannya bisa mengalami kerugian USD 2.8 juta, sementara perusahaan yang kehilangan 4% pelanggannya bisa rugi USD 6 juta secara rata-rata. Walaupun sulit dihitung dari segi kuantitas, kehilangan reputasi bisa mempengaruhi peluang bisnis di masa depan. Bahkan dalam kasus yang lebih ekstrem, perusahaan bisa bangkrut.

Perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan harus bekerjasama untuk memerangi ancaman

Keamanan siber saat ini harus lebih dari sekadar fokus pada produk. Keamanan siber membutuhkan solusi menyeluruh, pendekatan yang holistik, dan pendekatan yang lebih terkalkulasi untuk perangkatnya. Ini sangat krusial di era tenaga kerja mobile, di mana pekerjaan tidak lagi terbatas di kantor saja dan ancaman siber semakin meningkat.

Bagaimana perusahaan bisa proaktif dalam memastikan bahwa solusi keamanannya memenuhi kebutuhan bisnis?

Inilah empat hal yang perlu dipertimbangkan:

Keamanan perangkat
Kejahatan siber semakin mengincar rantai suplai untuk membuat perangkat semakin rapuh saat proses manufaktur dan sebelum proses pengantaran. Memilih mitra yang tepat yang bisa menyediakan perangkat yang aman dari lapisan pertama rantai suplai, sangatlah penting.

Keamanan identitas
Sekitar 81% pembobolan data melibatkan kata sandi yang lemah, default, atau curian, dan serangan phishing meningkat 65% year-on-year. Memastikan identitas melalui otentifikasi yang berlapis-lapis, login tanpa kata sandi yang lebih aman, dan pemindai sidik jari, merupakan cara baru untuk memastikan keamanan identitas pengguna yang tidak rumit. Memiliki otentifikasi yang built-in di PC yang sesuai dengan standar FIDO Alliance menjadi nilai tambah untuk mengamankan perangkat.

BACA JUGA
POLYTRON dan ICDeC Luncurkan Program Pelatihan Desain Chip untuk Cetak Talenta Semikonduktor Indonesia

Keamanan online
Koneksi yang tidak aman mengundang pencuri, membuka pintu menuju perangkat dan perusahaan, sehingga bisa terjadi serangan siber. Perusahaan bisa melengkapi perangkat dengan solusi, seperti Virtual Private Network (VPN) yang bisa mendeteksi ancaman dan memberi notifikasi pada pengguna saat mereka akan terkoneksi ke jaringan nirkabel yang tidak aman.

Keamanan data
Banyak yang dipertaruhkan saat terjadi pembobolan data. Mulai dari kerugian finansial, reputasi perusahaan, bahkan pekerjaan pegawai. Mengamankan data di era baru ini membutuhkan solusi keamanan yang menyuruh dan berskala untuk bisa mengalahkan penjahat siber.

“Saat penjahat siber lebih terampil dan ancaman menjadi lebih canggih, pendekatan holistik untuk keamanan akan menjadi kunci untuk keberhasilan bisnis, dan memungkinkan pegawai untuk melakukan keahlian mereka, yaitu menghasilkan inovasi dan menangkap peluang pasar,” lanjut Budi Janto.“Perusahaan perlu mengambil tindakan secepatnya, untuk memastikan mereka memiliki solusi keamanan yang tepat dan pendekatan strategis pada perangkat yang digunakan di tempat kerja modern.”

Shares: