review1st.com – Serangan siber dalam industri hiburan sangat merugikan, terutama dalam penjualan tiket konser dan pertunjukan artis. Serangan ini mengganggu proses penjualan dan bisa menyebabkan kerugian finansial. Biasanya, informasi tentang konser dicari melalui browser yang tidak terproteksi, yang dapat dimanfaatkan oleh penjahat siber.

Menurut Unit 42 Palo Alto Networks, URL adalah metode utama penyebaran ransomware (lebih dari 77%). Dengan maraknya pengumuman konser, penting bagi masyarakat untuk waspada dan melindungi data.

Beberapa serangan siber mengganggu penjualan tiket konser online, seperti kasus serangan bot pada konser Taylor Swift 2022. Serangan menggunakan alat otomatis yang membuat sistem offline dan mencuri informasi pengguna. Keamanan siber di sistem pemesanan tiket harus ditingkatkan untuk melindungi industri hiburan.

Dalam hal penjualan tiket konser online, terdapat beragam jenis serangan siber yang dapat mengancam penyelenggara acara dan juga pembeli tiket. Hal ini semakin menekankan pentingnya langkah konkret peningkatan keamanan siber dalam sistem tiket di seluruh sektor industri hiburan untuk melindungi seluruh pihak yang terlibat, serta perlunya memastikan pengalaman sistem pembelian tiket end-to-end yang aman. Beberapa jenis serangan siber yang umum mempengaruhi penjualan tiket konser online meliputi:

  1. Serangan Denial-of-Service (DDoS) yang terdistribusi

Dalam skenario ini, pelaku kejahatan membanjiri situs web atau platform tiket online dengan jumlah traffic yang berlebihan, sehingga menyebabkan situs tersebut macet atau tidak dapat diakses. Hal ini tidak hanya mengganggu proses penjualan tiket, tetapi juga menimbulkan rasa frustrasi di antara calon pembeli.

  1. Serangan phishing dan rekayasa sosial
BACA JUGA
Erajaya Active Lifestyle Memperkenalkan SHOKZ OpenFit Air: True Wireless Earbuds Terbaru

Penjahat siber sering kali mengirim email penipuan atau membuat situs web palsu yang meniru penjual tiket resmi. Pelaku ancaman mengambil keuntungan dengan mengeksploitasi jaringan yang dipercaya untuk menjebak korban; salah satu caranya adalah melalui phising, di mana mereka menyuntikkan kode berbahaya yang mereka miliki ke dalam situs web asli, dan mereka biasanya menyebarkannya melalui domain yang baru didaftarkan (NRD). Terdapat data yang menunjukkan bahwa sekitar 12,9% NRD telah disusupi oleh serangan phishing yang berasal dari layanan musik. Pelanggan yang tidak menaruh curiga dapat tertipu untuk memberikan informasi pribadi mereka, seperti detail kartu kredit, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan penipuan.

  1. Pelanggaran data dan informasi pelanggan yang dicuri

Peretas dapat menargetkan database yang berisi data pelanggan, termasuk nama, alamat, dan detail pembayaran. Informasi yang dicuri ini dapat dijual di dark web atau digunakan untuk pencurian identitas dan penipuan keuangan.

“Serangan siber di sektor ini menyoroti risiko dan kerentanan yang terus berlangsung dalam ekosistem digital. Kerugian finansial hanyalah salah satu aspek dari permasalahan yang ada. Dampak langsung lainnya yang tak kalah serius dari serangan siber pada penjualan tiket adalah pembobolan data pribadi yang terjadi selama proses tersebut berlangsung. Hal ini menekankan perlunya implementasi langkah-langkah keamanan siber yang kuat untuk melindungi penjualan tiket online dan mencegah pelanggaran data pribadi,” pungkas Adi Rusli, Country Manager Palo Alto Networks Indonesia.  

BACA JUGA
Review Infinix GT 20 Pro: HP Gaming Terjangkau dengan Chip Powerful

Serangan siber dapat merusak reputasi dan kepercayaan pelanggan. Insiden keamanan saat pembelian tiket dapat mengurangi kepercayaan terhadap penyelenggara dan platform penjualan. Jangka panjang, ini merugikan penjualan dan potensi penyalahgunaan data. Edukasi tentang risiko dan browsing aman dapat mencegah serangan siber pada penjualan tiket konser. Pemahaman tentang serangan dan tindakan proaktif melindungi pelanggan dan penyelenggara acara.

“Untuk memitigasi risiko ini, penyelenggara konser juga perlu berinvestasi dalam langkah-langkah strategis yang kuat agar terhindar dari potensi ancaman. Menerapkan protokol enkripsi, memperbarui perangkat lunak keamanan secara berkala, dan rutin melakukan evaluasi kerentanan merupakan beberapa langkah yang dapat membantu melindungi dari serangan siber,” tutup Adi.

Shares: