review1st.com – Di tengah percepatan adopsi kecerdasan buatan, 82% pemimpin keamanan TI di Indonesia menyadari perlunya transformasi sistem keamanan mereka.
Hasil survei State of IT 2025 dari Salesforce juga mengungkap bahwa seluruh pemimpin keamanan TI melihat potensi besar agentic AI dalam mengatasi tantangan keamanan siber yang semakin kompleks.
Namun, di balik optimisme ini, 1 dari 3 organisasi khawatir infrastruktur datanya belum siap.
Tanpa fondasi data yang kuat dan tata kelola yang baik, implementasi AI berisiko menimbulkan masalah baru, terutama dalam hal privasi, transparansi, dan kepatuhan regulasi.
Agentic AI Dinilai Efektif, Tapi Butuh Infrastruktur Data yang Andal
Agentic AI atau agen AI otonom mampu mengurangi beban tim keamanan dengan:
- Mengotomatiskan tugas manual
- Mendeteksi ancaman lebih cepat
- Mendukung audit keamanan AI
Namun, 29% responden mengakui belum memiliki fondasi data yang cukup kuat untuk memaksimalkan AI ini, dan 57% merasa belum memiliki sistem pengamanan (guardrails) yang memadai.
“Keamanan AI bergantung pada kekuatan data di belakangnya,†ujar Gavin Barfield, CTO Solutions ASEAN, Salesforce.
Ancaman Siber Berbasis AI Terus Tumbuh
Survei menunjukkan bahwa:
- 71% pemimpin TI Indonesia khawatir AI akan menaklukkan sistem perlindungan lama
- Ancaman seperti data poisoning, malware, dan phishing makin berkembang
- Anggaran keamanan meningkat seiring kompleksitas risiko digital
Perusahaan membutuhkan sistem keamanan AI yang tangguh dan proaktif.
Agentic AI dan Kepatuhan: Peluang dan Tantangan
Meskipun 92% pemimpin TI percaya AI bisa bantu kepatuhan regulasi, tantangan besar tetap ada:
- 40% belum yakin dapat menerapkan AI sesuai peraturan
- 87% melihat tantangan kepatuhan di era AI
- Perubahan regulasi cepat, namun proses kepatuhan masih banyak yang manual
Dengan hadirnya UU PDP di Indonesia, tata kelola data dan izin eksplisit kini menjadi syarat mutlak.
Kepercayaan dan Etika AI Masih Jadi PR Besar
Kepercayaan terhadap AI masih rendah:
- Hanya 42% konsumen percaya AI digunakan secara etis
- 45% pemimpin TI ragu terhadap akurasi dan transparansi AI
- 52% belum terbuka soal penggunaan data pelanggan
- 45% belum memiliki panduan etika AI yang komprehensif
Etika dan transparansi harus berjalan seiring dengan inovasi.
Tata Kelola Data: Kunci Keberhasilan AI Agentic
Meskipun 71% mengklaim memiliki data berkualitas, hanya:
- 57% yakin AI mereka berjalan sesuai protokol
- 43% percaya sistem pengamanan sudah cukup
Dengan UU Perlindungan Data Pribadi (PDP) yang berlaku, organisasi wajib:
- Memperoleh izin eksplisit untuk pemrosesan data
- Menunjuk petugas perlindungan data (DPO)
- Melaporkan insiden keamanan secara cepat
- Menyesuaikan sistem untuk transfer data lintas negara
Regulasi ini meningkatkan tekanan agar tata kelola data dan AI berjalan dengan akuntabilitas tinggi.
Penggunaan Agentic AI Meningkat Pesat di Indonesia
Menurut Salesforce:
- 51% tim keamanan TI sudah menggunakan agentic AI
- 84% mengharapkan peningkatan penggunaan dalam 2 tahun
- Fungsi utama: deteksi ancaman otomatis, audit sistem AI, dan otomisasi pelaporan
Kesimpulan: AI Agentic Efektif Jika Didukung Data dan Tata Kelola Kuat
Meskipun AI agentic menjadi masa depan keamanan siber dan kepatuhan digital, kesuksesannya bergantung pada:
- Fondasi data yang andal
- Transparansi terhadap pengguna
- Kepatuhan ketat terhadap regulasi
Perusahaan yang ingin sukses dengan AI harus menjadikan tata kelola data sebagai prioritas utama.